Jimbe Bertalu-talu Antara Anyer dan Jakarta Menabuhkan Semangat Sumpah Pemuda

42 komentar
Parade Jimbe. Doc:Pribadi

“Jimbe, iya kendang Jimbe ini akan kita tabuhkan massif saat upacara peringatan sumpah pemuda nanti. Harap dijaga ya dengan sepenuh jiwa raga ya kakak!” Saya tersenyum simpul kala salah satu koordinator kelompok empat menyodorkan Jimbe. Antrian yang awalnya membuat kelopak mata saya meredup, menjadi sedikit lebih terbuka.  Maklum dua jarum di jam tangan sudah bersua di angka 12 dan kopi dua mug tidak cukup membantu.
Ya, abang koordinatornya malam itu memang bertambah berkilau dengan ikatan kepala kain tradisional khas ambon yang dikenakannya. Ah saya lupa menanyakan nama dan nomer teleponenya, keburu merebahkan kaki di kamar, tapi lumayan saya bisa cuci mata sejenak sebelum tidur. Masalah cuci mata sih bukan hanya bisa dinikmati para wanita saat kami berada di Persamuhan Nasional 2019 di Hotel Marbella, Anyer, Banten, Jawa Barat.
Mulai tanggal 26 sampai 30 Oktober 2019, ada 444 peserta yang mewakili 34 provinsi dan ratusan desa berkumpul. Nah setiap perwakilan daerah menyumbangkan tarian ataupun workshop singkat khas daerahnya. Dan tak sedikit para penari yang selain bertalenta juga menarik hati untuk dibalas dengan senyum. Yah sambil menyelam minum sirup kata para tetua.

Jimbe dan Persamuhan Nasional 2019

Logo dari goyoung +62. Doc:IG goyoung

Awalnya saya menyebut kendang kecil yang dibagikan kepada seluruh peserta tersebut bernama Bedug mini. Ternyata alat musik pukul tersebut bernama Jimbe atau Djembe. Nama tersebut berasal dari bahasa Mali(afrika) yaitu “Anke dje, anke be.” Bila dialih bahasakan berarti semua orang berkumpul dalam damai.
Djembe awalnya digunakan sebagai alat berkomunikasi antar desa di Afrika, kemudian dilanjutkan sebagai pengiring upacara tradisional. Pesan yang sama juga ingin disampaikan dengan pemilihan kosa kata “Persamuhan,” yaitu konggres atau berkumpul membicarakan suatu hal. Tentu diharapkan juga berlangsung secara damai seperti halnya para pemuda bersepakat menghasilkan sumpah pemuda.
Jimbe sendiri selain kami gunakan sebagai alat musik mengiringi secara massif saat pertunjukan kesenian, juga berhasil menjadi alat komunikasi serta pemecah iceberg antara peserta. Kami saling  berbagi cara dan tips bermain Jimbe walau berbeda daerah maupun kelompok diskusi saat persamuhan.
Oya, kami berkumpul bukan hanya sembarang berkerumun di hotel tepi pantai Anyer. Setiap peserta adalah wakil dari desa( yang kemudian disebut pembakti desa) dimana kami mengerahkan diri baik tenaga maupun perhatian. Baik dalam bidang lingkungan, pendidikan, kesenian, ekonomi, kesehatan maupun sosial. Kami berkumpul dalam satu lokasi demi menyuarakan pesan masyarakat yang dititipkan. Tentu untuk disuarakan kepada wakil pemerintah yang menjadi jembatan langsung dari rakyat untuk rakyat.

Diskusi Kebangsaan, Tanah Air dan Bahasa

Mentoring dari BPS dan penulis buku Pancasilanomic. Doc:Pribadi

Seperti Rendang tanpa santan, maka bukan Rendang namanya. Begitu juga Persamuhan, jika tanpa diskusi maka hanya akan disebut acara temu kangen. Diskusi tersebut juga merupakan langkah nyata dari pengamalan sila keempat Pancasila, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Peserta kemudian dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu : Tanah Air yang dipandu Irene C. Sinaga,  Kebangsaan yang dipandu oleh Presiden Japung Nusantara, dan kelompok Bahasa yang dipimpin Taufik Rahsen. Masing-masing berada di ruangan tersendiri dengan jumlah peserta yang bervariasi sesuai dengan minat pembahasaan. Saya sendiri berada di kelompok Tanah Air.
Pada kelompok kebangsaan dibahas poin-pion dimana sebaiknya peran pemerintah yang bisa menjangkau setiap bagian desa yang memerlukan perhatian lebih. Terutama di bagian toleransi serta hal apa yang bisa diperbaiki oleh para pembakti desa. Kelompok Tanah Air berfokus pada isu hak keperempuan yang terjadi di akar rumput dan semua kalangan pada umumnya. Pembahasan yang dilakukan sampai larut berhasil membahas baik secara ekonomi, sosial budaya dan politik.
Kelompok Bahasa sendiri lebih membahas pagelaran, festival dan berbagai kegiatan kampung yang bisa diadakan dengan rujukan festival nasional yang sudah sukses. Para pembakti kampung digugah baik ide maupun telantanya untuk mengimplementasikan ke daerah masing-masing. Tentu dengan kearifan lokal namun bercitarasa nasional dan menjangkau internasional.

Upacara Sumpah Pemuda dan Rampak Bedug Anyer

Peserta Rampak Bedug. Doc:Pribadi

For your information, Persamuhan Nasional Pembakti Kampung  ini adalah konggres yang pertama di Indonesia. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI sendiri turun tangan langsungn atas dasar pemikiran bahwa para pembakti desa adalah ujung tombak dari penerjemahan nilai-nilai Pancasila di masyarakat selama ini.
Pada saat acara puncak Persamuhan yaitu upacara peringatan Sumpah pemuda serta Rampak Gendang juga hadir Direktur Pembudayaan BPIP RI, Irene Camelyn Sinaga. Jimbe yang dibawa peserta terdengar bertalu-talu menembus keriuhan ombak pantai Anyer di Mercusuar Titik Nol Anyer Panarukan. Pemilihan area museum Mercusuar sebagai  acara dimana Gilang Ramadhan melakukan pertunjukan sendiri bukanlah tanpa pesan.
Seperti pada masanya, lokasi Mercusuar tersebut menjadi titik awal dari pembangunan jalan bersejarah Anyer Panarukan. Oleh karena itu lokasi tersebut menjadi titik awal dimana para pembakti desa siap sedia lebih berbakti pada negara serta berjejaring lebih kuat. Pemikiran tersebut sesuai dengan pengamalan sila ke 3 yaitu Persatuan Indonesia.

Hasil Persamuhan Nasional Bhakti Desa 2019


Sebuah konggres tentu menghasilkan beberapa keputusan, kesimpulan, maupun rekomendasi yang merupakan kesimpulan dari diskusi peserta. Adapun beberapa pion yang menonjol adalah perlunya pemerintah untuk melakukan pembangunan SDM desa baik di bidang ekonomi,  sosial, kesehatan, wisata dan lingkungan dan kesejateraan ibu anak.
Demikian juga desakan kepada pemerintah daerah untuk lebih memajukan sektor pariwisata baik pelaksanaan event lokal maupun perlindungan secara hukum bagi situs-situs kuno dan hasil budaya nusantara. 
Sebenarnya even Persamuhan Nasional Bakti Desa 2019 bila dijabarkan secara detail akan melebihi 1000 kata, maka kisah lainnya saya tulis di artikel selanjutnya ya.  Oya Jimbe bukan hanya bertalu-talu secara fisik saat semua peserta menepuknya, namun juga bertalu-talu di jiwa para peserta sejak kami berkumpul, perjalanan pulang hingga sesampainya di desa masing-masing. Para pembakti Desa telah berjejaring demi merah putih.
Salam Pancasila.



Related Posts

42 komentar

  1. Wah, kegiatan yang seru. Mbak Vika kok bisa gabung ke acara ini?

    BalasHapus
  2. mba, ini rangkaian kegiatannya seru banget... beruntung banget mb vika bisa dateng ke sana... aku juga mau mah, menabuh jimbe dan ikutan acaranyaaa...

    BalasHapus
  3. Mantab. Ini acaranya Bhinekka Tunggal Ika banget ya mbak . Ah kapan2 mau dong ikutan 😎👍

    BalasHapus
  4. Setelah membaca artikel ini saya mendapatkan tambahan kosakata baru yakni Jimbe dan Persamuhan. Jimbe ternyata semacam alat musik seperti beduk mini yang dulunya digunakan untuk berkomunikasi, klo di desa-desa kayak kentongan kali ya. Kata kedua yakni, persamuhan yang artinya kongres atau pertemuan. Kata ini masih asing dan kurang familiar. Mungkin perlu diperkenalkan lebih luas sehingga masyarakat menjadi tahu bahwa kosakata kita sangatlah luas dan menarik.

    Whoaaa aku diceritaan Mbak Vika ikut acara ini, aku jadi mupeng pengen ikutan hehehe. Acaranya berkonsep kebangsaan. Aku suka acara-acara semacam ini. Semoga next time ada kesempatan ya.

    Terima kasih sudah berbagi kisah menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes kosa kata jimbe mungkin lebih familar untuk yang berkesenian terutama alat musik akustik ya.

      Persamuhan memang jarang digunakan sih. Banyak yang menanyakan juga.

      Aminnnn :) :)

      Hapus
  5. Ya ampunnn aku pengen ikutan acara gini. Kerennn beut mbak Vik. Padahal kemaren aku habis ke Jakarta, eh, satu hari kemudian malah mbak Vika dkk yang ke Jakarta utk ikut acara ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oho dirimu even BI kemarinkah pas di Jakarta? Semoga next bertemu di even yang sama ya.

      Hapus
  6. Keren dan berkesan banget pengalaman di Anyer ini ya, Mbak. Apalagi ikut menjadi bagian hasil Kongres. Semoga hasilnya bisa terimplementasi.

    BalasHapus
  7. Ini yang berangkat sama Mak Injul kah Mbak? Wuhuuuu asyik banget bisa berangkat ke sanaaaa :D

    BalasHapus
  8. Wiwin | pratiwanggini.net6 November 2019 pukul 01.09

    Seru dan asyik banget ya, Vik.. Aku kebayang terdengar musik jimbe yang bertalu-talu. Ahhh...

    BalasHapus
  9. Wahhhh mantapp sekali mbak berada di acara kebangsaan

    BalasHapus
  10. Pengalaman seruu... Senang acaranya meriah gitu ya mb..banyak bertemu dengan teman2 dr berbagai pelosok negeri...

    BalasHapus
  11. Acara di Jakarta emang selalu meriah ya, kapan bisa ikutan ke acara jimbe huhu

    BalasHapus
  12. Persamuhannya ternyata seru banget yaa, rupanya kalau penggiat yang ngumpul dan ada di forum nasional begitu rasanya hahaha penuh rasa kekeluargaan dan gotong royong.

    BalasHapus
  13. Aku baru tau yang namanya jimbe pas di sana.
    Kalau di tempatku itu namanya gendang. :D

    BalasHapus
  14. Wah keren juga dapat berkesempatan ikut acara ini. Jimbe? namanya jadi inget slaah satu film kartun favvorit saya. Waktu upacaranya keren ada atraksi rampak bedungnya. salam persatuan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas Jimbe, aku juga baru tahu pas acara itu.

      Hapus
  15. Wah rame bangettt ......pingin ikutan hehehe ...

    BalasHapus
  16. Wihh, makin bangga jadi orang Indonesia ya mbaaa
    Karena banyak banget budaya dan kosakata yg ada di negara kita tercinta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, ternyata banyak kosa kata yang belum kita ketahui

      Hapus
  17. Keren ya mbak, bisa ikutan acara seru ini
    Ini bisa jadi tambahan referensiku, aku ngajar sejarah soalnya

    BalasHapus
  18. Waah keren banget kak Vikaaaa!!! bisa bergabung diacara ini!!!
    Saya kira kendang itu tak ada sebutan khususnya. Ternyata ada, Jimbe.
    Seru banget ya kak Vika...

    BalasHapus
  19. Jimbe yaa..namanya.
    Jadi pengin tahu suara jimbe yang gak hanya di tabuh oleh fisiknya tetapi juga bertalu-talu di jiwa para peserta.

    BalasHapus
  20. Kok aku jadi membayangkan suasana saat himne ditabuh, bener ya bergetar rasanya yang hadir dalam event tersebut. Keren nih bisa hadir dalam acara yang keren, satu Indonesia berkumpul untuk Merah Putih tetap berjaya

    BalasHapus
  21. Acaranya seru sekali yah, seaindainya aku bisa ikutan kegiatan ini kemaren yah. Selama ini belum pernah sih dengan suara jimbe langsung. Wah, serunya suara jimbe menyatu dengan ombaknya pasti menghasilkan suatu bunyi-bunyian yang indah yah. Btw, ini pesertanya dari seluruh Indonesia yah?Kayaknya kemaren ada dari Medan ikutan gitu ke anyer.

    BalasHapus
  22. Saya hanya paham jimbe karna dlu senang dngar musik regge hehe.

    Btw saya penasaran sma abang yang pale kain tradisional khas ambonnya mbak 😂

    BalasHapus
  23. Kok bisa ikut acara ini mbak? Keren banget!

    BalasHapus
  24. Acara Sumpah Pemuda di pantai itu favoritku. Seru sekali ya. aku senang bisa bertemu banyak ragam budaya dan teman-teman baru. termasuk kamu kak. :*

    BalasHapus
  25. Wahh keren nih acaranya...semakin mengingatkan pentingnya persatuan yang digaungkan lewat Sumpah Pemuda. Nuansa tradisionalnya juga terasa banget kak..

    dianesuryaman dot com

    BalasHapus
  26. Menayang serunya ya pastinya beraneka ragam budaya kumpul dlm satu moment mantaps nih..

    BalasHapus

Posting Komentar